Senin, 15 Juli 2013

RUANG PERPUSTAKAAN

 

Salah  ruang baca lesehan yang bisa dipergunakan siswa membaca buku-buku ketika istirahat



KONDISI RUANG BACA PRIVASI DAN PUBLIK





 



 




Ruang Buku Text Book 
dan 
Reference Book



Meja petugas khusus pelayanan peminjaman dan pengembalian 





Meja petugas 
administrasi perpustakaan







             Luas ruang perpustakaan




Jaringan Internet sebagai sumber informasi selain buku





Program Smasa Library yang mendukung program Perpustakaan Online di SMA Negeri 1 Jember






 1 Unit komputer sebagai OPAC ( Online Public Access  Catalog ) 
yang memberikan kemudahan dan kecepatan dalam mencari data buku
                        Rak tempat menyimpan Tas dan barang yang dibawa dari luar perpustakaan



   Koleksi buku baik buku bacaan ataupun buku referansi


                                                                                                                                                                         

















Rabu, 12 Juni 2013

Sinopsis : Ranah 3 Warna

SINOPSIS

RANAH 3 WARNA
Penulis : A. Fuadi

Novel satu ini merupakan rangkaian kedua seri Triologi Negeri 5 Menara. Jadi praktis tokoh utama pada kisah ini masih sama dengan di buku pertamanya yakni, Negeri 5 Menara. Hanya saja, kisah yang ada di dalam bagian kedua ini lebih fokus pada kehidupan dan konflik yang dialami si Alif. Dikisahkan, ia baru saja tamat bersekolah dari Pondok Madani. Selepas dari pesantren, Alif dilingkupi banyak cita-cita, salah satunya adalah melanjutkan pendidikan di bidang teknologi, suskses seperti Pak Habibie dan kemudian hijrah ke Amerika Serikat. Namun keinginan Alif tersebut tiba-tiba dijegal fakta bahwa ia tak memiliki ijazah. Memang pada saat itu, pondok pesantren belum berwewenang untuk menerbitkan ijazah layaknya sekolah yang disubsidi pemerintah. Tapi hal tersebut tidak menggoyahkan cita-cita Alif. Ia kemudian berhasil memperoleh ijazah dengan mengikuti ujian penyetaraan.

Selanjutnya, Alif kemudian ikut ujian UMPTN dan berhasil kuliah di Bandung. Tepatnya di jurusan Hubungan Internasional. Meski tidak berhasil masuk ke ITB, tapi bagi Alif tak mengapa. Ia tetap menjalani kuliahnya dengan sungguh-sungguh. Meski ia sering mengalami masalah seperti keuangan dan semacamnya. Awalnya Alif hampir menyerah, hanya saja ia kembali teringat mantra “man shabara zhafira” yang artinya, siapa yang bersabar akan beruntung. Ia memilih unutk berjuang dan bersabar.

Pada akhirnya, Alif berhasil memperbaiki kondisi keuangannya dengan cara menulis. Bahkan dengan hasil menulis itu, ia bisa mengirimkan sedikit uang bagi keluarganya di kampung. Seiring berjalannya waktu, Alif tiba pada keberuntungannya yang pertama dimana ia terpilih sebagai mahasiswa utusan dalam program pertukaran belajar ke Benua Amerika. Alif memilih Negara Kanada. Di sana ia tinggal bersama keluarga angkat. Mereka sangat dekat. Saat tiba waktu Alif untuk kembali ke Indonesia, keluarga angkatnya di Kanada sangat sedih. Namun Alif meninggalkan janji untuk mereka, kelak ia akan kembali ke Kanada. Janji tersebut ditepatinya 11 tahun kemudian. Ia kembali berkunjung ke Kanada bersama isterinya.

Novel Ranah 3 Warna ini sangat cocok dibaca mereka yang takut bercita-cita. Dan kalaupun ada cita-cita, kita selalu mencemaskannya. Kisah Alif yang dikemas apik dalam novel ini memberikan kita paradigm kuat bahwa cita-cita harus selalu dikejar bagaimanapun caranya. Dan yang paling penting adalah mengawinkan usaha dengan kesabaran. Sebab, boleh jadi hasil kerja keras kita tidak nampak di awal tetapi di akhir. Jika di tengah jalan kita memtuskan menyerah, maka rugi besarlah kita.

Dari segi bahasa, penulisan novel ini cukup baik. Penulisnya cerkas dan tidak suka menghambur-hamburkan kata. Meski demikian, alur cerita tetap berjalan apa adanya tanpa terkesan buru-buru atau sebaliknya, terlalu lambat. Novel motovasi ini sangat cocok Anda hadiahkan bagi anak-anak agar semangatnya mengejar cita-cita bisa lebih kuat lagi.

Sinopsis : Negeri Lima Menara

SINOPSIS

NEGERI LIMA MENARA
Penulis     : A. Fuadi


Alif  menyangka dan tak percaya bisa menjadi seperti sekarang ini. Pemuda asal Desa Bayur, Maninjau, Sumatera Barat itu adalah pemuda desa yang diharapkan bisa menjadi seorang guru agama seperti yang diinginkan kedua orangtuanya. Keinginan kedua orangtua Alif tentu saja tidak salah. Sebagai “amak” atau Ibu kala itu, menginginkan agar anak-anaknya menjadi orang yang dihormati di kampung seperti menjadi guru agama.
“Mempunyai anak yang sholeh dan berbakti adalah sebuah warisan yang tak ternilai, karena bisa mendoakan kedua orangtuanya mana kala sudah tiada,” ujar Alif mengenang keinginan Amak di kampung waktu itu.
 Namun ternyata Alif mempunyai keinginan lain. Ia tak ingin seumur hidupnya tinggal di kampung. Ia mempunyai cita-cita dan keinginan untuk merantau. Ia ingin melihat dunia luar dan ingin sukses seperti sejumlah tokoh yang ia baca di buku atau mendengar cerita temannya di desa. Namun, keinginan Alif tidaklah mudah untuk diwujudkan. Kedua orangtuanya bergeming agar Alif tetap tinggal dan sekolah di kampung untuk menjadi guru agama. Namun berkat saran dari ”Mak Etek” atau paman yang sedang kuliah di Kairo, akhirnya Alif kecil bisa merantau ke Pondok Madani, Jawa Timur. Dan, disinilah cerita kemudian bergulir. Ringkasnya Alif kemudian berkenalan dengan Raja, Atang,Dulmajid, Baso dan Said.
Keenam bocah yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Madani ini setiap sore mempunyai kebiasaan unik. Menjelang Azan Maghrib berkumpul di bawah menara masjid sambil melihat ke awan. Dengan membayangkan awan itulah mereka melambungkan impiannya. Misalnya Alif mengaku jika awan itu bentuknya seperti benua Amerika, sebuah negara yang ingin ia kunjungi kelak lulus nanti. Begitu pula lainnya menggambarkan awan itu seperti negara Arab Saudi, Mesir dan Benua Eropa.
Namun salah satu dari keenam bersahabat tersebut yaitu Baso terpaksa harus keluar dari pesantren. Ia meninggalkan Pondok Madani saat kelas lima untuk menjaga neneknya dan berusaha menghafal Al-Qur`an di kampung halamannya.
Melalui lika liku kehidupan di pesantren yang tidak dibayangkan selama ini, ke enam santri itu digambarkan bertemu di London, Inggris beberapa tahun kemudian. Dan, mereka kemudian bernostalgia dan saling membuktikan impian mereka ketika melihat awan di bawah menara masjid Pondok Pesantren Madani, Jawa Timur.
        Belajar di pesantren bagi Alif ternyata memberikan warna tersendiri bagi dirinya. Ia yang tadinya beranggapan bahwa pesantren adalah konservatif, kuno, ”kampungan” ternyata adalah salah besar. Di pesantren ternyata benar-benar menjujung disiplin yang tinggi, sehingga mencetak para santri yang bertanggung jawab dan komitmen. Di pesantren mental para santri itu ”dibakar” oleh para ustadz agar tidak gampang menyerah. Setiap hari, sebelum masuk kelas, selalu didengungkan kata-kata mantera ”Manjadda Wajadda” jika bersungguh-sungguh akan berhasil.

PROFILE MAHASISWA KK- PPL

PROFILE MAHASISWA KK- PPL SMAN 1 JEMBER TAHUN 2013

Tahun Ajaran Genap 2012/2013 FKIP Universitas Jember mengirim 6 mahasiswanya untuk KK- PPL di SMAN I Jemnber. Tepatnya Senin, 4 Maret 2013, dosen pembimbing Drs. Dafik, M.Sc, Ph.D menerjunkan mahasiswa KK – PPL. 

No.
Nama
Program Studi
NIM
Kelas
Guru Pamong
1.
Siti Nurhayati
Pendidikan Matematika
090210101019
XI IPA 2
Hj. Endang Sumarni, S.Pd.
2.
Siti Mar’atus Sholihah
Pendidikan Matematika
090210101003
XI IPA 3
Hj. Endang Sumarni, S.Pd.
3.
Nurul Habibatul Ummah
Pendidikan Matematika
090210101041
X1
Dra. Lilik Zuroida
4.
Agrika Kanty P.
Pendidikan Matematika
0909210101023
XI IPA 1
Hj. Endang Sumarni, S.Pd.
5.
Wida Zannah Zeila
Pendidikan Matematika
090210101031
X2
Dra. Lilik Zuroida
6.
Eko Yuda P.
Pendidikan Biologi
090210103013
XI IPA 5, XI IPA 6
Dora Indriana, S.Pd., M.Pd

Dosen Pembimbing :  Drs. Dafik, M.Sc, Ph.D